Article RPL

PEMODELAN MEDIA INFORMASI INDUSTRI RUMAHAN MENUJU MASYARAKAT MANDIRI YANG BERDAYA SAING

"REKAYASA PERANGKAT LUNAK"
  
oleh : Willi Kornellius

 Pertumbuhan industri rumahan merupakan salah satu penggerak pertumbuhan usaha daerah atau wilayah, kinerja industri rumahan yang kreatif dan inovatif memiliki tingkat daya saing yang tinggi,beberapa kendala yang dihadapi oleh industri rumahan biasanya terjadi pada bidang pemasaran yang kurang tepat sasarannya,persediaan modal yang terbatas, kemampuan sumber daya manusia memanfaatkan teknologi informasi yang masih kurang menguasai,kebutuhan bahan baku yang biasanya kurang tersedia,perlengkapan pendukung produksi yang belum memadai,kurang memahami kesinambungan bisnis(businees continuity planning).Untuk hal tersebut perlu beberapa entitas seperti dukungan perbankan atau pengusaha sebagai penyandang dana,dinas/instansi pemerintah kabupaten/kota atau provinsi dengan kebijakannya,institusi perguruan tinggi sebagai alih pengetahuan untuk mendukung pengembangan industri rumahan yang kreatif dan inovatif sebagai terobosan pemasaran menuju masyarakat mandiri yang berdaya saing melalui tampilan beberapa diagram rancangan yang dideskripsikan ke bentuk Unified Modeling Language sebagai upaya standar untuk mendokumentasikan dan menspesifikasikan sistem informasi agar perkembangan usaha disuatu desa dan daerah semakin berkembang pesat dengan inovasi-inovasi yang menarik dan berkualitas "Pemodelan Media Informasi Industri Rumahan Menuju Masyarakat Mandiri Yang Berdaya Saing"(Malabay)





Daftar Pustaka  : 


Sommerville, Ian. 2011. Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak). Jakarta: Erlangga.

 Wahana Komputer. 2011. Kupas Tuntas Bermacam Aplikasi Generasi Cloud Computing. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

[Waliyanto2000] Waliyanto. 2000. Sistem Basis Data Analisis dan Pemodelan Data . J&J Learning. Yogyakarta.

Malabay (2018), Laporan Penelitian : Pemodelan Media Informasi Industri Rumahan Menuju Masyrakat Mandiri yang Berdaya Saing , Fakultas Ilmu Komputer , Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Komentar